Twitter

Sunday, June 1, 2014

A Letter For You


Hai. Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu. 3 bulan? 4 bulan? Atau lebih? Entahlah. Rasanya sudah lama sekali bagiku. Apa kabarmu? Semoga baik- baik saja, ya. Aku tidak tahu bagaimana kabar diriku sendiri. Aku merasa sedikit kelelahan. Bukan karena terlalu lelah belajar atau beraktivitas, tetapi aku lelah karena memikirkanmu.

Aku tidak peduli jika engkau membaca surat ini atau tidak. Aku juga tidak memintamu untuk membalasnya. Aku hanya ingin kau mengerti. Aku terlalu rindu kepadamu. Segala cara sudah kulakukan demi bertemu denganmu. Namun, tetap saja tidak ada jalan yang mempertemukan kita. Saat kau pulang, aku tidak ada di rumah. Saat aku mengunjungi tempatmu, kau tak pernah ada di sana. Mungkin kelihatannya sederhana, tetapi aku terpukul dengan semua hal itu.

Aku senang masih bisa berkomunikasi denganmu di waktu-waktu tertentu. Aku selalu memeriksa hpku dan berteriak kegirangan dalam hati jika ternyata kau menghubungiku. Satu kata “Ni” sudah mampu merubah hariku menjadi lebih indah. Ya, aku tahu aku sangat berlebihan. Tetapi posisimu tak pernah tergantikan di dalam hatiku.

Aku tidak tahu status hubungan kita saat ini. Teman? Sahabat? Pacar? Kekasih? Yang jelas kita bukan musuh. Kau semakin menjadi seperti........ saudaraku. Hubungan kita sangat dekat meskipun dalam jarak jauh, meskipun tidak sedekat dulu, meskipun aku tak tahu apa perasaanku yang sebenarnya. Aku tahu kau pernah menyukai orang lain, aku pun tahu aku pernah menyukai orang lain juga. Kita menyakiti satu sama lain. Tetapi apa yang kemudian kita lakukan? Kita kembali. Kau kembali padaku dan aku kembali padamu. Kita memang tak pernah terpisahkan.

Kini kehidupanku denganmu sudah cukup berbeda. Aku dihadapkan dengan banyak lelaki yang mungkin saja menyukaiku atau aku sukai. Sedangkan kau dihadapkan dengan banyak wanita yang mungkin saja menyukaimu namun kau pilih untuk tidak menyukainya. Hal ini sangat sulit bagiku. Cukup sekali aku menyakitimu. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Setiap kali aku menyukai salah satu temanku, rasa suka itu tak pernah tumbuh sampai seperti perasaanku padamu. Kau pemilik ruang di hati ini. bukan karena janji yang kuikrarkan dulu, tetapi memang kenyataannya seperti itu.

Aku takut. Aku takut jika harus berpisah denganmu terlalu lama. Terkadang aku ingin kau selalu pulang, setidaknya menghubungiku setiap hari seperti dulu. Namun kau takkan bisa. Setiap kali kau pulang, ada perasaan senang sekaligus takut yang menyelimuti diriku. Aku senang kau datang, tetapi aku takut untuk melepaskanmu lagi. Hari-hariku terasa sulit tanpamu. Aku merasa sendiri. Aku merasa sendiri dalam keramaian. Aku selalu membutuhkanmu. Aku ingin bercerita kepadamu. Hingga saat kau datang aku tak tahu harus mulai bercerita darimana dulu. Aku ingin mendengarkan ceritamu, candaanmu, semuanya. Aku rindu dengan sosok dirimu yang selalu ada untukku. Aku selalu menunggu kau pulang. Aku ingin bersamamu. Aku ingin menjalani hari seperti dulu. Aku hanya berusaha terlihat tegar agar kau dapat meneruskan hari-hari barumu dengan baik. Aku ingin kau menjadi orang yang lebih baik dariku dengan mewujudkan semua mimpiku yang tak tercapai.

Sekali lagi, aku tak peduli jika kau membaca surat ini atau tidak. Aku juga tidak memintamu untuk membalasnya. Aku hanya ingin kau mengerti. Waktu tak dapat berputar. Namun, memoriku selalu memutar kenangan kita dulu. Semoga kau tidak menangis jika membaca surat ini. Ya, lelaki sepertimu tak pantas menangisi surat yang berlebihan dan tidak jelas arahnya ini. Tenang saja, aku menulis surat ini dengan tulus. Jika kau ingin aku menghapusnya, pasti akan kulakukan. Aku masih seperti dulu. Gadis penurut yang kadang mengecewakan. Terima kasih telah berbagi waktu denganku selama kurang lebih 3 tahun. Ah, maksudku 4. Senang dapat mengenalmu sampai sejauh ini.

Sekali lagi, terima kasih.

Sincerely,

Yours.

No comments:

Post a Comment