Di pagi
hari, motor Tomi sudah terpajang di depan halaman rumah Nerly. Dan pemiliknya
hanya duduk di kursi yang tersedia disana. Nerly yang melihat itu langsung
mengganti pakaiannya dengan terburu-buru. Sampai akhirnya, ia hanya menggunakan
kaos lengan panjang polos berwarna hijau tosca dengan bawahan blue jeans dan
mengenakan kalung berbentuk gitar yang biasa ia pakai. Kemudian ia membuka
pintu rumahnya.
“Hey,
maaf agak lama” ucap Nerly
“Iya
tidak masalah. Ayo naik” seru Tomi yang mendahului dengan menyalakan mesin
motornya
“Kita
mau kemana?” tanya Nerly
“Sudah
kamu ikuti aku saja.” Tomi hanya menjawabnya santai dengan senyum menawannya.
Nerly hanya bisa tunduk padanya dengan muka masamnya karena tidak diberi tahu
apapun.
Matahari
pagi yang menyambar Nerly dan Tomi membawa mereka ke suatu tempat yang tidak
asing bagi mereka, yaitu mall yang sering mereka kunjungi. Nerly tampak sedikit
percaya bahwa Tomi hanya ingin mengajaknya nonton bioskop saja. Karena memang
biasanya, mereka ke sana untuk menonton bioskop. Namun, hari masih pagi dan XXI
buka pukul 12.00. Mengapa datang sepagi
ini, batin Nerly.
Tomi
memarkir motornya dan langsung mengajak Nerly masuk mall. Mereka menaiki
eskalator menuju lantai dua. Tidak diduga, Tomi membeli dua lollipop berwarna
gradiasi biru, kuning, dan merah.
“Ini
untukmu,” sambil memberikan sebatang lollipop “sekarang masih pagi. Sambil
menunggu XXI dibuka, kita ke fun world dulu saja. Bagaimana?”
“Aku
senang kau menyuruhku memberi persetujuan. Baiklah, Tom” Gumam Nerly yang diselingi dengan tertawa
kecil.
Permainan
pertama yang mereka mainkan adalah hockey. Mereka bermain dengan ceria dan
penuh tawa. Kemudian mereka memainkan basket. Namun satu ring dimainkan berdua.
Tomi yang jahil seringkali mendorong tubuh Nerly hingga Nerly hampir terjatuh.
Dengan puasnya Tomi tertawa lepas yang melihat kekasihnya itu merengek
kesakitan.
“Cewekku
kan kuat, jangan nangis dong....”
“Kamu
jahil sekali, sih. Sini gantian aku yang main!” Seru Nerly yang masih merengek
tidak terima tubuhnya dijatuhkan. Tomi hanya terus tertawa karena ia melakukan
itu hanya untuk menghibur diri Nerly saja. Dan Nerly pun sangat paham kelakukan
Tomi hanya candaan semata. Orang-orang yang berada di fun world yang melihat
tingkah mereka, ikut tertawa kecil.
Hingga
tiba pukul 12.00 Nerly dan Tomi menuju XXI untuk memesan tiket.
“Kau
mau film apa?” tanya Tomi
“Terserahmu
saja”
“Sekali
lagi aku dengar kamu bilang terserah....”
“Iya
iya, Tom! Aku mau the amazing spiderman 2 saja.”
Tomi
hanya tertawa melihat Nerly yang merasa terancam seperti itu. Ia langsung
memesan 2 tiket dengan seat L1 dan L2.
“Tomi?
Yang benar saja, kamu mau kepala kita terangkat ke atas dan lordosis setelah
menonton ini?” protes Nerly yang melihat seat yang telah dipesan oleh Tomi. Tempat
duduk itu terletak di paling depan pojok kanan. Dan Nerly sangat tidak menyukai
itu.
“Iya,
Ner. Tidak apa-apa kan? Kalau kau sakit, aku juga sakit kok” jawab Tomi dengan
santai dan tidak merasa bersalah. Film itu dimulai pukul 12.30 dan mereka hanya
perlu menunggu sebentar untuk memasukinya. Nerly membeli pop corn asin medium
untuk dimakan berdua.
Selama
menonton film, Nerly dan Tomi tidak banyak berbincang. Terjadi kejanggalan pada
diri Tomi yang dirasakan oleh Nerly. Dari awal film dimulai, Tomi langsung
menggenggam tangan Nerly tanpa berkata apapun. Tomi juga sering terlihat murung
seperti sedang memikirkan sesuatu. Nerly pun ambil tekad untuk menanyakannya.
“Tom.....”
Bibir Nerly bergetar, takut tindakannya itu salah “ada apa denganmu?”
Tomi langsung
mengarahkan kepalanya ke kanan agar bisa melihat langsung keberadaan Nerly
disampingnya.
“Tidak
ada apa-apa.”
“Kau
terlihat murung” ucap Nerly apa adanya. Tom terdiam sebentar. Ia tampak
kebingungan harus menjawab apa
“Begitukah?
Tenang saja, aku tidak apa-apa.” Jawab Tomi yang langsung melepas genggamannya
dan kemudian mengelus kepala Nerly dengan penuh kasih sayang. Nerly jadi salah
tingkah dan masih belum puas dengan jawaban yang diberikan oleh Tomi.
“Seandainya
kisah kita seperti spiderman...” Tomi terlihat berpikir “tidak akan pernah aku
merasa sesedih ini”
Nerly
yang mendengar ucapan itu begitu terkejut. Apa
maksud Tomi? Apa yang ia sembunyikan?
Film
selesai, Tomi langsung mengajak Nerly untuk ke tempat karaoke yang terletak
tidak jauh dari XXI. Nerly heran, tidak biasanya Tomi mengajaknya untuk berkaraoke.
Ini untuk pertama kalinya mereka berdua bernyanyi bersama dalam kurun waktu dua
jam di dalam satu ruangan yang terasa hangat. Lagu pertama yang dipilih oleh
Tomi adalah Goodbye dari Secondhand Serenade. Secondhand Serenade adalah band
yang sama-sama disukai oleh Tomi dan Nerly. Merekapun bernyanyi dengan tulus.
Digenggamnya tangan Nerly oleh Tomi selama bernyanyi. Sesekali ia mencium
tangan halus Nerly dengan kelembutan tersendiri. Betapa bersyukurnya Nerly
telah dipertemukan dengan Tomi. Tak ingin sekalipun ia berada jauh dari Tomi.
Setelah
dua jam bernyanyi dalam karaoke, Tomi mengajak Nerly untuk makan di salah satu
food court yang tersedia. Selera makan Nerly sudah tidak ada karena telatnya
waktu makan yang ia terima. Tomi merasa bersalah karena telat menajak Nerly
makan. Dan Nerly—yang merasa kelaparan—memilih untuk menunggu sampai diajak.
“Maafkan
aku, Ner. Aku benar-benar lupa kalau kamu tidak bisa telat makan sedikitpun.”
“Iya tidak
apa-apa. Sekarang aku paksakan untuk makan saja.”
“Maaf,
sayang aku tidak bermaksud menyakitimu. Sekarang kau pesan makanan yang tidak
membuatmu mual ya, dan jangan lupa air putih” perintah Tomi dengan nada
khawatir. Tomi benar-benar tidak ingin melihat kekasihnya sakit sedikitpun. Dan
suasana makan siang yang telat itu menegang karena ketidakenakan satu sama
lain. Nerly terus berusaha tersenyum walaupun masih merasa mual, dan Tomi tahu
bahwa Nerly merasakan itu.
Saat
hari mulai gelap, Tomi membawa Nerly ke suatu tempat yang belum pernah Nerly
kunjungi, yaitu atap mall. Tempat itu tidak boleh dikunjungi oleh siapapun,
kecuali petugas yang berkepentingan. Tomi meminta izin langsung kepada pemilik
kekuasaan mall untuk pergi ke sana. Untuk mencapai ke atap juga butuh tenaga
menaiki anak tangga kecil yang tidak bisa dihitung dengan jari jumlahnya. Tom
meminta Nerly yang naik lebih dahulu.
“Aku
tidak berani, Tom” keluh Nerly yang baru menaiki tiga anak tangga.
“Lanjutkan
saja, aku ada di belakangmu.”
“Tapi.....”
Nerly terdiam “Aku tidak yakin”
“Kau
harus yakin. Kumohon naiklah, Ner”
“Apa
tidak ada tempat lain selain ini?”
“Ada,
tapi aku ingin kau naik.”
Nerly
yang mendengar permohonan tulus Tomi tersebut langsung melanjutkan naik. Hingga
tersisa 3 anak tangga teratas, Tomi menahannya sebentar
“Nerly,
berjanjilah kau tidak akan melupakan tempat ini.”
Nerly
tersentak dan langsung menengok ke arah Tomi yang berada di belakangnya
“Iya,
Tomi. Aku tidak akan melupakannya”
Tiga
tangga berikutnya telah menunggu. Suasana atap yang jika dilihat dari bawah
tampak gelap, berhasil diraihnya. Hingga ia sampai di anak tangga teratas,
ternyata prasangka buruknya tentang kegelapan atap, salah. Itu bukan atap, itu
surga. Tempat yang dibaluti dengan kaca transparan yang luas, membuat mata
dapat memandang seisi kota yang indah. Tak disangka, atap itu berkeramik granit
gelap yang mewah.
“Kau
melihat apa, Ner?”
“Surga.”
Tomi
pun tersenyum melihat Nerly yang masih tidak percaya akan indahnya atap itu. Digenggamnya
kedua tangan Nerly dan dihadapkannya diri mereka satu sama lain.
“Aku
tidak percaya, Tom.” Ucap Nerly “Kau membuat malamku seperti surga”
“Kau
juga, Ner. Kau membuat diriku merasa tenang berada di dekatmu”
“Aku
menyayangimu” ucap Nerly.
Dengan
diam, Tomi langsung memeluk tubuh Nerly dengan erat. Tidak disangka, Tomi
meneteskan air mata. Isakan tangisnya terdengar jelas di telinga Nerly.
Diciumnya kening Nerly dengan penuh ketulusan.
“Jelaskan
padaku, mengapa kamu terlihat seperti ini?” Tanya Nerly
Tiba-tiba,
terdengar bunyi hujan yang membasahi kota. Nerly dan Tomi tampak terkejut
karena hujan tersebut datang tak diduga.
“Kamu
akan tahu besok. Sekarang, mari kita pulang”
Saat
sampai di parkiran motor, ternyata Tomi tidak membawa jas hujan. Ia benar-benar
panik karena tidak mau membiarkan Nerly hujan-hujanan saat diantarnya.
“Kau
naik taksi saja, biar aku carikan.”
“Tidak, aku ikut denganmu saja.”
“Tapi
hujan ini semakin deras, Ner.”
“Tidak
apa-apa. Kumohon, antarkan aku pulang.”
Tomi
tidak bisa menolak permintaan Nerly
“Tutupi
kepalamu dengan jaketku”
“Lalu
kau pakai apa?”
“jangan
pedulikan aku, ayo naik!”
Nerly
tidak bisa berkutik lagi. Digunakannya jaket milik Tomi untuk menutupi
kepalanya. Sepanjang perjalanan, Nerly merasa kedinginan. Begitu juga dengan
Tomi. Dilingkarkannya pinggang Tomi dengan tangan Nerly. Itu membuatnya merasa
lebih hangat. Tomi pun mengemudi dengan satu tangan, dengan tangan kirinya yang
menggenggap tangan Nerly yang berada di pinggangnya. Malam itu, Nerly
benar-benar merasa nyaman berada sedekat itu dengan Tomi. Walaupun ia tak tahu
apa yang disembunyikan oleh Tomi sampai sedemikian rupa, namun Nerly tetap
merasa bahagia.
Sesampainya
di rumah Nerly, Tomi membuka kaca helmnya untuk melihat Nerly dengan jelas.
“Ini
jaketmu, terima kasih banyak” ucap Nerly seraya memberikan jaket Tomi
“Tidak
usah, kau simpan saja.” Jawab Tomi yang tidak diduga
“Kau
bercanda ya?”
“Aku
serius. Terima kasih juga, Ner kamu sudah mau menuruti semua permintaanku hari
ini. Kumohon, apapun yang terjadi jangan lupakan aku.”
“I...
Iya, Tomi.”
“Untuk
pertanyaanmu yang tadi.... Kau akan tahu jawabannya besok. Aku pulang ya,
goodbye honey!”
“Bye...”
Tomi
pun memutar balik motornya dan berjalan pulang. Malam itu benar-benar indah.
Benar-benar indah.
***
Keesokan
harinya, Nerly bangun dengan telat. Ia pun langsung membuka handphone nya yang
terlihat ada pesan baru.
Ner, terima kasih banyak untuk semuanya. Apakah kau bisa datang ke
rumahku sekarang? Ada yang ingin kubicarakan terkait dengan pertanyaanmu
semalam.
Love you, Ner
Received: 06.10 a.m
Nerly sangat terkejut membaca pesan itu.
Tomi mengirimnya pukul 06.10 dan sekarang sudah pukul 09.00. tanpa banyak
bicara, ia pun langsung mandi dan mengganti bajunya untuk pergi ke rumah Tomi.
Ditekannya bel rumah Tomi yang tampak sepi.
Tidak ada yang membukakan pintu. Nerly pun memilih untuk menunggu di kursi yang
tersedia di teras rumah Tomi. Selang seperempat jam, terlihat mobil Honda Jazz
hitam yang berhenti di depan rumah Tomi. Nerly pun tenang karena yang ia tunggu
akhirnya datang juga. Namun, hatinya berubah tidak tenang setelah melihat yang
keluar dari sana adalah Kak Diva—kakak perempuan Tomi—yang terlihat rapih
dengan setelan kemejanya.
“Nerly... Kau sudah lama menunggu?” Tanya
Kak Diva
“Hmm belum, Kak” jawab Nerly dengan senyum
yang sedikit dipaksakan
“Maaf kalau begitu. Ini ada yang dititipkan
oleh Tomi. Kamu bisa baca sendiri.” Ucap Kak Diva yang seraya menyodorkan
sepucuk surat yang ditaruh di dalam amplop biru muda. Tanpa berpikir panjang,
Nerly membukanya
Dear, Nerly
Hai sayang, maafkan aku telah
membuatmu kehujanan semalam. Aku benar-benar tidak menyangka kalau tadi malam
akan hujan seperti itu. Dan tentunya terima kasih banyak atas semuanya.
Pagi ini, aku meninggalkan Jakarta untuk
ke Berlin. Aku akan melanjutkan kuliahku disana. Orangtuaku juga menempatkanku
di sebuah perusahaan untuk bekerja nanti. Aku tidak tahu pasti kapan aku akan
kembali ke Jakarta. Yang jelas, kalau ada waktu aku pasti akan mengunjungimu.
Aku tidak habis pikir mengapa ini benar-benar terjadi. Aku kebingungan untuk
mencari cara memberi tahumu. Kurasa caraku kemarin adalah yang paling tepat.
Maafkan aku harus meninggalkanmu tiba-tiba. Aku juga baru diberi tahu oleh
Papaku tiga hari yang lalu. Maafkan aku, Ner. Kamu tidak usah menyusulku ke
sini. Carilah orang yang lebih baik dariku. Kamu adalah kekasihku yang pertama,
dan kuharap kamu akan terus bahagia walaupun tidak bersama denganku. Terima
kasih telah menjadi kekasihku, Ner. Aku sangat menyayangimu.
Salam,
Tomi
Tes......
Tes......
Nerly
tidak berhenti menangis. Kepergian Tomi
sangat membuatnya bersedih. Ia benar-benar tidak menduga semua ini akan
terjadi. Berjuta kenangan telah dilewatinya bersama. Ternyata benar apa yang
dikatakan oleh semua orang,
nothing
lasts forever.
No comments:
Post a Comment