Tania meletakkan jemarinya diatas benda yang berwarna hitam-putih.
Ia mulai melantunkan nada-nada indah yang hangat ditelinga. Membuat haru yang menerjang erat. Merasakan lembutnya musik yang asri. Sungguh suara yang merdu lewat piano yang Tania mainkan.
Satu minggu lagi, Tania akan mengikuti konser yang dibuka oleh pihak setempat untuk menunjukkan kemampuan remaja dibidang musik. Yang menjadi peserta konser terbaik akan diikut sertakan ke konser ditingkat kota. Lalu yang lolos dari tingkat kota, akan masuk ke tingkat provinsi. Dan pada akhirnya, akan menjadi pianis yang diproduseri oleh produser ternama.
Mimpi Tania selama ini adalah menjadi pianis yang hebat. Ia ingin kemampuan bermain pianonya tersebut diakui oleh semua orang. Ia ingin terkenal. Namun, bukan sekedar terkenal. Jika ia sudah terkenal, ia pun ingin membantu orang lain dalam belajar bermain piano untuk mengamalkan ilmunya. Tania memang anak yang mulia. Tania sudah mengenal seluk beluk piano sejak ia berumur 5 tahun. Sampai ia berumur 14 tahun, ia menjadi akrab dengan mesin pelantun nada itu. Tania belajar bermain piano diajarkan oleh kedua orang tuanya, yang kebetulan mahir bermail piano. Hanya saja kedua orang tuanya tidak menggunakan kemahirannya dalam bermain piano untuk berkerja, mereka hanya bermain piano di waktu luang.
Lima hari berlalu. Tania rutin berlatih dengan giat untuk kelancaran konsernya kelak. Rencananya, ia akan membawakan instrument 'Melodies of Life' . Instrument tersebut cukup sulit. Hanya orang-orang terlatih saja yang dapat memainkannya.
Hari itu, Nina, sahabat Tania, bermain ke rumah Tania. Itu memang sering dilakukannya sebagai seorang sahabat.
"Tania, apa yang sedang kamu lakukan? Maukah kamu bermain denganku?"
Ajak Nina yang baru saja datang.
"Maaf Nin, aku sedang berlatih bermain piano. Tunggu ya. Lebih baik sambil menungguku, kamu mencicipi syrup yang sudah kusediakan itu" kata Tania yang sambil menunjuk ke arah botol syrup.
Tanpa basa-basi sedikitpun, Nina mengambil botol syrup tersebut dan berniat menuangkannya ke dalam gelas. Tanpa sengaja, syrup itu tumpah ke arah stop kontak yang tercoloki oleh kabel piano. Nina kaget. Nina berharap tidak terjadi kesalahan dalam piano. Tapi ternyata harapan Nina tidak terwujud. Suara piano lama kelamaan menjadi aneh. Tania pun bingung dan ketika melihat ke arah stop kontak Tania marah. Tania sangar kesal dengan perbuatan Nina. Sedangkan Nina, yang sedang panik, menaruh gelas berisi syrup ke atas speaker piano. Lalu tersenggol dengan tangannya sendiri. Dan….. TUMPAH! Sukseslah piano itu mengalami kerusakan.
" NINAAAA! KELUAR KAMU DARI RUMAH INI! SAHABAT MACAM APA KAMU! BERANI BERANINYA MERUSAK BARANG KESAYANGANKU INI! PERGI KAMU DARI SINI! " Seru Tania yang sedang dilanda amarah . Tania berbicara dengan nada tinggi. Emosinya meledak dan berkobar. Dengan raut wajah mengenaskan, Nina menjawab
"maafkan aku, Tan. Aku benar-benar tidak sengaja. Aku menyesali per…"
" TIDAK ADA KATA MAAF MAAF LAGI! PERGI KAMU SEKARANG JUGA!"
Seru Tania yang masih mengobarkan emosi.
Akhirnya, Nina pulang dengan perasaan sedih. Sesekali ia meneteskan air mata.
Tiba-tiba, mama Tania menghampiri Tania yang duduk di depan piano dengan kemurungan.
" Tania, ada apa denganmu?"
" Aku kesal sekali dengan Nina, Ia menumpahkan syrup ke stop kontak yang dicoloki dengan kabel piano. Tidakkah dia tau, piano adalah barang kesukaanku"
Jawab Tania.
" Tania, kamu tidak boleh melakukan hal seperti itu. Lagipula Nina tidak sengaja, bukan?" mama Tania berusaha menasihati " Harusnya kamu mengerti. Coba kamu pikirkan baik-baik, sepenting apakah sebuah piano jika dibandingkan dengan sebuah persahabatan? Seorang sahabat semesrinya memaafkan kesalahan sahabatnya sendiri sebesar apapun itu. Serta sahabat yang melakukan kesalahan harus tetap meminta maaf. Sudahkah ia meminta maaf?" ujar Mama Tania panjang lebar.
" Sudah…" jawab Tania.
" Kalau begitu, hendaklah kamu memaafkannya. Dan karena kesalahanmu telah memarahi Nina seperti itu, segeralah kamu meminta maaf. Tak sepantasnya seorang sahabat bicara seperti itu kepada sahabatnya sendiri"
" baiklah,"
" oya, nak. Lebih baik kamu mengajak Nina untuk menonton konsermu besok, siapa tau saja ia akan merasa senang dapat melihat kehebatanmu dalam bermain piano"
" oh yeaaah. Aku akan segera meneleponnya ma. Terima kasih banyak, ma! Tanpa mama aku tidak akan bisa menahan emosiku tadi"
Ucap Tania sembari melemparkan senyum kepada mamanya. Memang benar, tanpa Mama, Tania tidak akan bisa menahan emosinya itu. Mama Tania memang orang yang banyak tau tentang persahabatan. Oleh karena itu ia dapat menyelesaikan masalah Tania ini.
Tania menelepon Nina, ia meminta maaf.atas apa yang telah ia lakukan. Tania sangat menyesal telah memarahi Nina. Dan begitu pula dengan Nina, ia sangat menyesal telah merusak piano milik Tania. Setelah itu, Tania mengajak Nina untuk menonton konsernya esok hari. Nina menerima ajakan tersebut dengan baik.
Keesokan harinya, datanglah hari yang telah ditunggu dari hari-hari sebelumnya. Hari dimana Tania akan berdiri diatas panggung, ditonton oleh ratusan bahkan ribuan bolah mata. Tania mendapatkan nomor urut pertama dalam menampilkan penampilannya,
Mulailah Tania menaiki panggung.
Ia mulai memaikan piano.
Lantunan nada indah bergetar dikuping setiap pendengar.
Sungguh suara ynag menakjubkan.
Semua orang memberi applause kepada Tania. Tania pun melemparkan senyuman yang manis kepada audience. Namun mata Tania hanya tertuju kepada seseorang. Seseorang yang sangat dicintainya, siapakah dia? Nina J
No comments:
Post a Comment