Twitter

Monday, October 3, 2011

Apologize II - what's the more important


“Risya, kujemput kau sekarang, ya?”
“tidak perlu, Ris. Aku sudah diantar oleh Bossa”
“hah? Bossa? Siapa itu?”
“ohiya, kau belum tahu. Dia temanku. Nanti kuceritakan”
“emm, okelah”
*tuut tuut tuut*
Pagi itu, Risya diundang acara off air oleh salah satu perusahaan. Kebetulan Bossa sedang mempunyai waktu luang untuk mengantarnya. Tak terasa ya, baru semalam mereka saling kenal, ternyata sudah punya tekad yang tinggi untuk pergi bersama
                                                                                ***
Mazda hijau tiba di depan rumah Risya. Seorang pria tampan keluar dari sana---sambil tersenyum---iya memanggil nama Risya dua kali dan Risya langsung keluar dari rumah
“Hey Bossa!”
“Ooh hey Risy!’
“Sudah lama menunggu?”
“emm, belum, baru saja aku tiba kesini”
“hehe baguslah”
“haha sudah siap kan? Ayu kita berangkat”
Risya mengangguk sambil berjalan memasuki mobil itu
Selama di pejalanan, Risya dan Bossa berbincang bincang cukup banyak. Mereka semakin akrab dan tak terasa 90 menit perjalanan telah terlewati. Kini mereka tiba di perusahaan yang dituju. Terlihat gedung besar yang dipenuhi kerumunan orang telah mendatangi tempat itu. Dan pastinya poster yang berisikan foto Risya dan Haris yang sedang memegang alat musik masing-masing terpampang didepan gedung. Saat memasuki gedung itu, terlihat Haris yang sedang sibuk dengan pianonya dibelakang panggung. Risya dan Bossa menghampirinya
“Hey, Ris!”
“ah, Hey, Risya! Emmm....” Haris menegur Risya dan memandang kebingungan dengan seseorang yang berada disebelahnya
“oh iya, kenalkan, ini Bossa” ucap Risya sambil menunjuk ke arah Bossa
“hallo, nice to meet you, dude” Bossa berusaha bersikap baik di depan Haris
“hmm, me too. Well, sepertinya wajah ini tidak asing dimataku”
“wow, really? Yaa itu memang karena dia sudah cukup sering muncul di televisi untuk menjadi coach di beberapa sekolah sepak bola terkenal yang ada” Risya berusaha menjelaskan
“haah? Kauu, kau Hendrick van Bossa? Mantan pemain di netherland league?” Haris tercengang sambil sesekali mengucek matanya karena merasa tidak percaya
“hahaha iyaa, kau tahu?”
“tahuu! Aku cukup mengetahui beberapa pemain disana. Really i can’t imagine that i meet you, dude!” Haris masih saja mengucek matanya
Ketiganya tertawa
                                                                                ***
Konser dimulai. Haris sudah siap dengan pianonya, dan Risya hanya sesekali mengecek mick nya. Ia tidak memegang gitar karena memang lagu yang akan dibawakan tidak menggunakan benda bersenar itu. Mereka akan membawakan lagu ‘Talking to the Moon’
Risya mulai bernyanyi
I know you're somewhere out there
Somewhere far away
I want you back
I want you back
My neighbors think
I'm crazy
But they don't understand
You're all I have
You're all I have

Chorus:

At night when the stars
light up my room
I sit by myself

Talking to the Moon
Trying to get to You
In hopes you're on
the other side
Talking to me too
Or am I a fool
who sits alone
Talking to the moon

I'm feeling like I'm famous
The talk of the town
They say
I've gone mad
Yeah
I've gone mad
But they don't know
what I know

Cause when the
sun goes down
someone's talking back
Yeah
They're talking back

Chorus:

At night when the stars
light up my room
I sit by myself
Talking to the Moon
Trying to get to You
In hopes you're on
the other side
Talking to me too
Or am I a fool
who sits alone
Talking to the moon

Ahh Ahh,
Ahh Ahh,

Do you ever hear me calling?
Cause every night
I'm talking to the moon
Still trying to get to you

In hopes you're on
the other side
Talking to me too
Or am I a fool
who sits alone
Talking to the moon

I know you're somewhere out there
Somewhere far away
 
                                                                                ***
“woow great perform! Looks cute there!” Puji Bossa yang ternyata melihat dari kejauhan. Ini adalah kali pertamanya ia melihat Risya bernyanyi diatas panggung dan dikerumuni oleh banyak penggemarnya. Bossa cukup tercengang ketika melihat penampilan Risya disana. Memang sangat beda dengan Risya yang biasa, jika diatas panggung ia sangat menghayati setiap lirik yang ia bawakan. Suaranya yang merdu serta penampilannya yang anggun sangat mendukung setiap lagu yang ia bawakan.
“hahaha thanks dude! Setelah ini aku akan membawakan lagu sambil bermain gitar. Don’t let this! Kau pasti tidak akan menyangka aku bisa seperti itu hahaha”
Risya kembali menaiki panggung. Sendiri. Dengan menggenggam gitar di tangannya. Kali ini ia akan membawakan lagu ‘Count On Me’
if you ever find yourself in the middle of the sea
                         
i'll sail the world to find you
                                                         
if you ever find yourself lost in the dark and you can't see
          
i'll be the light to guide you

find out what we're made of
                                    
when we are called to help our friends in need

you can count on me like one, two, three
i'll be there
and i know when i need it
i can count on you like four, three, two
and you'll be there
cos that's what friends are suppose to do
oh yeah
(ooh ooh ooh ooh ooh)
(ooh ooh ooh ooh ooh)
(yeah yeah)

if you're tossing and you're turning and you just can't fall asleep
i'll sing a song beside you
and if you ever forget how much you mean to me
everyday i will remind you
oh
find out what we're made of
when we are called to help our friends in need

you can count on me like one, two, three
i'll be there
and i know when i need it
i can count on you like four, three, two
and you'll be there
cos that's what friends are suppose to do
oh yeah
(ooh ooh ooh ooh ooh)
(ooh ooh ooh ooh ooh)
(yeah yeah)

you'll always have my shoulder when you cry
i'll never let go, never say good-bye

you know you can count on me like one, two, three
i'll be there
and i know when i need it
i can count on you like four, three, two
and you'll be there
cos that's what friends are suppose to do
oh yeah
(ooh ooh ooh ooh ooh)
(ooh ooh ooh ooh ooh)
you can count on me cos i can count on you
                                                                                ***
Bossa yang melihat itu hanya melamun takjub. Ia tidak menyangka seorang wanita yang baru ia kenal itu sangat hebat dalam penguasaan panggung. Haris yang melihat ekspresi wajah Bossa saat itu hanya tersenyum geli
“Bos, kenapa kau? Takjub ya melihat wanita itu? Hahaha”
“huuuh, iya Ris. Aku tidak menyangka dia sangat hebat. Kukira dia hanya bisa menyanyi saja. Tak tahunya jarinya yang lentik itu sangat hebat dalam memetik setiap senar itu” Bossa berbicara dengan nada yang lucu sambil memeragakan Risya yang sedang memetik senar walaupun cukup aneh. Sepertinya Bossa sangat tertarik dengan kemampuan Risya tersebut. An interesting thing from Risya.
                                                                                ***
Seusai konser, Risya dan Haris makan bersama manager perusahaan atas rasa terima kasih telah datang kesana. Suatu kebanggaan bagi Risya dan Haris dapat diundang ke perusahaan ini. Karena perusahaan ini termasuk perusahaan yang terkenal saat itu.
Setelah makan, Risya dan Haris menemui Bossa yang menunggu Risya diluar
“Hai Bossa! Maaf ya agak lama,” Ucap Risya
“haha tidak apa-apa. Oke sekarang kita pulang yuk”
“Risya, kau pulang dengannya? Bukannya.....” Haris tidak melengkapi kalimatnya
“apa, Ris?” Risya bingung
“emm, kau lupa?”
“lupa apa?”
“ah sudahlah, sana kau pulang”
“loh Ris, kenapa? apa yang kau maksud?”
“tidaak, tidak ada apa-apa. Sudah lupakan saja. Sana kau pulang” Haris berkata aneh. Sepertinya ada sesuatu yang ia sembunyikan dan terlupakan oleh Risya
“Serius tidak ada apa-apa? Bilang saja, oya kau pulang sendiri?”
“iyaiyaa, sudah sana pulang, kasihan Bossa menunggumu dari tadi”
Bossa hanya mengangkat sebagian kepala sebagai tanda ajakan pulang. Risya hanya terdiam dan berbalik arah untuk menuju mobil. Ia masih memikirkan apa yang dimaksud oleh Haris tadi. Tapi ia benar-benar tidak tahu apa itu
Risya dan Bossa memasuki mobil dan berjalan pulang
Haris merasa kecewa
                                                                                ***
Dalam setengah perjalanan menuju pim—tempat yang akan ditujunya sekarang—walaupun  Risya sangat asik dalam mengobrol bersama Bossa, tetapi masih teringat perkataan Haris tadi di benaknya. Sepertinya Risya benar benar sedang melewatkan sesuatu. Tapi sungguh sulit untuk diingat. Arkhgg apa itu apa ituu, batin Risya
Risya mengeluarkan blackberry nya dan melihat recent updates. Terlihat pm seseorang yang bertuliskan “Harisss *emotbirthday*” WOW SUCKKKKKK! Risya langsung menaruh hp nya kembali ke dalam tas. Hatinya terus berguncang seperti gempa vulkanik sedang melandanya. Hatinya sangat menyesal telah melewatkan ini
“Bossa! Bossa! Oh gosh gosh! Ini sangat paraaah” Seru Risya
“ada apa Risy?”
“Haris boss! Haris! haris huaaah”
“haris kenapa, Risy?”
“Haris ulang tahun! Aku baru tahu! Aaah suck pantas saja dari tadi aku sepeti sedang melewatkan sesuatu dan itu haris’s birthday boss!” seru Risya
“lalu kenapa? ucapkan saja di telepon. It’s easy”
“tidak, tidak bisa”
“kenapa? bilang saja kau hanya pura-pura lupa. Selesai kan?”
“tidak, karena... karena aku...”
Risya tidak melanjutkan kalimatnya. Ia baru saja teringat dengan janjinya saat itu. Janji yang sangat berarti di mata keduanya. Risya pernah berkata “kalau kau ulang tahun nanti, aku akan berusaha menghabiskan waktuku seharian untukmu. Yaap just for youu, cause you’re my bestfrnd , masak sih ada seorang sahabat yang tega membiarkan sahabatnya ketika ulang tahun sendirian. Kan tidak mungkin hahaha...” aaaahhhh aku menyesaaal , batin Risya. Risya digeluti oleh rasa menyesal. Sekarang ia harus apa? Membatalkan second date nya bersama Bossa juga hal yang salah. Tapi mengingkari janjinya terhadap sahabatnya sendiri jauh lebih salah
Sampai di pim. Bossa dengan senang hati membuka pintu mobilnya dan membukakan pintu untuk Risya. Risya hanya melemparkan senyum terpaksanya. Sungguh Risya masih menggalaukan janjinya itu. Risya tidak percaya ia adalah seorang sahabat yang tega menggunakan waktunya untuk kencan di saat sahabatnya berulang tahun
Risya putuskan untuk mengajak Bossa pulang pukul 16.00 , agar setelah itu ia bisa langsung menuju rumah Haris untuk meminta maaf. Namun,  tanpa sepengetahuan Risya, dijalan pulang, Bossa menyetir mobilnya menuju suatu tempat. Bukan rumah Risya. Melainkan sekolah bola Denis. Risya yang barus menyadari hal itu langsung kaget
“Bossa what are you doing? Aku ingin pulang! Kenapa kau membawaku ke sini?”
“was it wrong? Kau tidak mau kan melewatkan saat saat aku bermain bola?”
“tidak aku tidak mau. Tapi aku punya moment yang lebih penting dari itu! Aku ingin menemui Haris” tanpa sengaja hal yang direncanakan Risya dari tadi ketahuan oleh Bossa
“Haris? kau ini apa apaan sih? Kau sedang dating Risy! Kau kira aku akan membiarkanmu pergi kesana tanpaku hah? Tidak!” Ucap Bossa dengan nada yang cukup tinggi
Risya tertegun. Ia tidak dapat berkata apa-apa. Keceplosannya tadi sangat fatal. Rencana yang ia tutupi dari Bossa itu akhirnya ketahuan juga. Penyesalan menggeluti tubuh Risya kembali. Akhirnya ia putuskan untuk menonton Bossa dalam bermain bola bersama rekan-rekannya walaupun dengan hati yang tidak ikhlas. semua ia lakukan hanya untuk memenuhi keinginan Bossa.
Selesai Bossa bermain bola, pukul 18.00 , Risya baru diantarnya pulang. Saat keluar dari mobil, Bossa berpesan “jangan kemana-mana. Tidak perlu menemui laki-laki brengsek itu di malam hari” Risya yang mendengar perkataan itu langsung mengelak
“brengsek? Jangan sekali-kali kau hina sahabatku. You wouldn’t better than him. Kbye”
Saat baru ingin membuka pintu, Risya mendapati seorang lelaki berwajah ke timur timuran duduk di depan pagar. Haah, Haris! Batin Risya
“HARIS!!! SAY IT’S YOU!!!”
“hahaha yeah it’s you, eh... it’s me”
Risya langsung membuka pagar dan memeluk Haris erat erat
“HARIS HAPPY BIRTHDAAAAYYYY! MAAFKAN AKUU, AKU BARU INGAT SAAT AKU DI PERJALANAN DAN AKU TIDAK BISA MENEMUIMU KARENA....”
“hahaha iya tidak apa-apa. Aku mengerti kok. Lain kali cek recent updates setiap saat ya biar tidak lupa hahaha” Haris tertawa meledek sekaligus menyindir. Risya hanya memasang tampang cemberut
“huuuh, yaa sorry deeeh hehe. Oya anyway maaf yaa aku mengingkari janji itu...”
“janji? Janji janji yang.... ooh hahaha sudahlah lupakan saja. Aku mengerti kok posisimu tadi. Dan aku rasa kau sangat bahagia dengan Bossa. Dengan melihatmu bahagiapun sudah menjadi kado terindah didalam hidupku kok haha aku jadi menggombal”